A. Hubungan antara Intelektual dan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang pada kejadian dan
peristiwa yang tidak konkrit, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, pilihan
pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak
perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda.
Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Mereka dapat
memikirkan prihal itu sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengalah
ke penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha
seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan
sikapkritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori
yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum
baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan
keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Egosentrisme menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir dan bertingkah laku. Persoalan
yang timbul pada masa remaja adalah banyak berhubungan dengan pertumbuhan fisik yang
dirasakan mencekam dirinya, karena menyangka orang lain berpikiran sama dan ikut tidak puas
dengan penampilannya. Hal ini menimbulkan perasaan seolah-olah selalu diamati orang lain,
perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku
yang kaku.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh
egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan
mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.
Karakteristik Perkembangan Intelektual Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun
pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi
perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang
majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada
masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir
dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986).
Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:
1. Sifat deduktif – hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada
dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh
sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesis.
2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik
membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik
mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empirik.
C. Aspek-aspek Perkembangan Intelektual
Ada beberapa aspek dalam perekemabangan intelektual pada usia kanak-kanak, yaitu:
1. Perkembangan kognitif tahap operasi konkret Piaget
Menurut Piaget, anak usia antara 5.- 7 tahun telah memasuki tahap operasi
konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis
mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia sampai kira-kira
11 tahun.
2. Berpikir opernsional
Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampn berpikir operasional.
Mereka dapat menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional,
yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang
merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak yang
praoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang obyek dan kejadian-kejadian
sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara belajar mereka masih terikat pada pengalaman
fisik.
Anak-anak yang ada pada tahap operasional konkret lebih baik daripada anak-anak yang praoperasioial dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka.
mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang, dan dapat membedakan antara kenyataan
dengan hal-hal yang bersifat fantasi. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagai
operasi fisik dapat diganti. Peningkatan kemapanan mereka untuk mengeni terhadap
orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih
fleksibel.
Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada
waktu mereka masih muda, cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau
kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi saja.
Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi formal,
di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir secara abstrak,
tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).
3. Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat
mengembangkan berbagai operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi
adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama
akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola dari tanah liat.
Dia setuju bahwa bola tersebut mem.ang sama. Dia mengatakan bahwa substansi
konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan, keadaannya tetap tidak
berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam konservasi berat, dia juga
mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama sekalipun dipanaskan, demikian pula
apabila bola tersebut dimasukkan ke dalam air, beratnya akan tetap sama. Anak-anak
mengembangkan perbedaan berbagai tipe (bentuk) konservasi dalam waktu yang
berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi pada usia 9
atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat; dan pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume.
Pada dasarnya ketiga jenis konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anak-anak belum mampu mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi
satu tipe (bentuk) kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam luibungan ini kita dapat
meliha; bahwa berbagai alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab
kondisi tersebut masih tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat
mengaplikasikan operasi dasar mental yang sama pada situasi yang berlainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar